Pendahuluan
Latar
bekang
Kehidupan
social tradisi timur, termasuk Indonesia, senantiasa diwarnai nilai-nilai
spiritualitas dan budaya luhur. Salah satunya adalah tercermin masyarakat,
yaitu keluarga. kumpulan keluarga akan membentuk komunitas masyarakat, bangsa
dan Negara. Bila ikatan kuat dan bahagia, maka dipastikan masyarakat dan bangsa
tersebut akan kuat pula. Untuk itu, membangun hubungan harmonis antara orang
tua dan anak dalam keluarga merupakan keharusan. Membangun kesetaraan, salang
pengertian, saling membutuhkan, menghormati dan memahami peran masing-masing
menjadi kunci keberhasilan keluarga. Sebaliknya, menyia-nyiakan dan apalagi
menelantarkan keluarga merupakan tindakn tidak bertanggung jawab
Bahwa
sejak manusia mulai hidup bermasyarakat, maka sejak saat itu sebuah gejala yang
disebut masalah sosial berkutat didalamnya. Sebagaimana diketahui, dalam
realitas sosial memang tidak pernah dijumpai suatu kondisi masyarakat yang
ideal. Dalam pengertian tidak pernah dijumpai kondisi yang menggambarkan bahwa
seluruh kebutuhan setiap warga masyarakat terpenuhi, seluruh prilaku kehidupan
sosial sesuai harapan atau seluruh warga masyarakat dan komponen sistem sosial
mampu menyesuaikan dengan tuntutan perubahan yang terjadi. Dengan kata lain
seluruh nya tidak selalu ada di miliki masyrakat tersebut.
Kemiskinan adalah keadaan dimana
terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan , pakaian
, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas
hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan
dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan
kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah
global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif,
sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang
lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah
"negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada
negara-negara yang "miskin".
Deskripsi
masalah
Masalah
kemiskinan sesungguhnya telah menjadi masalah dunia sejak berabad-abad lalu.
Namun, realitasnya hingga kini kemiskinan masih menjadi bagian dari persoalan
terberat dan paling krusial di dunia ini. Pengetahuan boleh semakin maju, dan negara-negar merdeka
semakin banyak, dan negara-negara kaya semakin bertambah. Tetapi jumlah orang
miskin dunia di dunia tidak kunjung berkurang. Begitupun di Indonesia,
kemiskinan bahkan telah bertranformasi menjadi wajah terror yang menghantui
Negara kita.
Kemiskinan
telah menjadi salah satu masalah di Indonesia sejak dulu hingga sekarang
apalagi sejak terhempas dengan pukulan krisis ekonomi dan moneter yang terjadi
sejak tahun 1997. Kemiskinan seringkali dipahami sebagai gejala rendahnya
tingkat kesejahteraan semata padahal kemiskinan merupakan masalah yang bersifat
komplek dan banyak segi mulai dari politik, pengetahuan, moral, dan ekonomi
masyarakat. Rendahnya tingkat kehidupan yang sering sebagai alat ukur
kemiskinan, pada hakekatnya merupakna salah satu mata rantai dari munculnya
lingkatan kemiskinan.
Kemiskinan
dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
- Gambaran
kekurangan materi, kebutuhan pangan
sehari-hari, sandang,
perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami
sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
- Gambaran
tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan
sosial, ketergantungan,
dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk
pendidikan
dan informasi.
Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini
mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang
ekonomi.
- Gambaran
tentang kurangnya penghasilan
dan kekayaan
yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda
melintasi bagian-bagian politik
dan ekonomi
di seluruh dunia
Pilihan-pilihan kebijakan
Berbicara tentang
pilihan pilihan kebijakan tentang penanggulanganan kemiskinan di negeri ini
sungguh sudah banyak di keluarkan oleh pemerintah dan DPR kita di manapun dia
bertugas. Dan disini ada beberapa program pemerintah tentang penanggulangan
kemiskinan adalah sebagai berikut :
Presiden
mengatakan, untuk menurunkan kemiskinan, selama ini pemerintah telah memiliki
program pemberian fasilitas dan bantuan pemerintah yang terbagi dalam tiga
kluster, yakni[1]
1.
bantuan langsung masyarakat,
2.
PNPM mandiri,
3.
serta kredit usaha rakyat.
Enam
program baru pada 2012 menjadi kluster keempat bantuan pemerintah adalah
1. program rumah sangat murah,
2. kendaraan angkutan umum murah,
3. air bersih,
4. listrik murah dan hemat,
5. peningkatan kehidupan nelayan, dan
6. peningkatan masyarakat pinggir
perkotaan.
UU No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
UU
No. 24 Tahun 2007 Tentang Penangulangan Bencana
UU
No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera
Kesimpulan dan
rekumendasi
Kesimpulan
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai
seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini
berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak
adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah
kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.
Kemiskinan merupakan masalah global.
Rekumendasi
UU No.38
tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat undang-undang ini Salah satu alternatif solusi
penanggulangan kemiskinan adalah dengan mengoptimalkan penghimpunan dana zakat.
Berdasarkan hasil pengkajian Baznas, potensi zakat profesi satu tahun di
Indonesia bisa mencapai sekitar Rp32 triliun[2].
Besarnya potensi zakat sesungguhnya bisa menggantikan hutang luar negari. Zakat
adalah salah satu penaggulangngan kemiskinan bila dekelola dengan baik.
Istilah
-
Kemiskinan adalah
keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan[3].
-
Kemiskinan di artikan
sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri
sesuai dengan tarap kehidupa kelompok dan juga tidak mampu memamfaatkan tenaga
mental maupun pisiknya dalam kelompok tersebut.[4]
-
Kemiskinan
didefinisikan dari segi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan
keuntungan-keuntunan non-material yang diterima oleh seseorang. Secara luas
kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan
kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat
(SMERU dalam Suharto dkk, 2004).
-
Fakir miskin adalah
orang yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok
yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian
tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan (Depsos,
2001).
Paling
tidak ada tiga macam konsep kemiskinan[5],
yaitu :
a) kemiskianan
absolut, kemiskianan relative dan kemiskianan subyektif. Kensep kemiskianan
absolut dirumuskan dengan membuat ukuran tertentu yang konkriet (a fixed
yardstick). Ukuran itu lazimnya berorientesi pada kebutuhan dasar minimum
anggota masyarakat(sandang, papan, dan pangan) masing-masing Negara mempunyai
batas kemiskianan absolut yang berbeda-beda sebab kebutuhan hidup dasar
masyarakat yang di pergunakan sebagai acuan memang berlainan.
b) Konsep
kemiskinan relative dirumuskan berdasarkan the idea of relative standatd, yaitu
dengan memperhatiakn dimensi tempat dan waktu. Dasar asumsinya adalah
kemiskinan di suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya dan kemiskinan pada
waktu tertentu berbeda dengan waktu yang lain. Konsep kemiskianan semacam ini
lazimnya di ukur berdasarkan pertimbangan (in terms of judment) anggota
masyarakat tertentu, dengan berioriantasi pada derajat kelayakan hidup. Konsep
ini juga telah mendapat keritikan karna ukuran kelayakan ternyata baragam dan
trus berubah-ubah.
c) konsep
kemiskinan supyektif dirumuskan berdasarkan kelompok miskin itu sendiri. Konsep
ini tidak mengenal a fixed yardstick, dan tidak memperhitungkan the idea of
relative standatd. Kelompok yang menurut ukuran kita berada dibawah garis
kemiskinan, boleh jadi tidak mengganggap dirinya sendiri miskin(dan demikian
pula sebaliknya). Oleh karena itu konsep semacam ini lebih tepat apabila
dipergunakanuantuk memahami kemiskinan dan merumuskan cara atau strategi yang
efektif untuk penanggulangannya.
Daftar
pusraka
Sunyoto Usman Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat cet. IV
September 2006. Pustaka Pelajar Jogyakarta
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar cet. 38 ,2005, PT
Raja Grafindo persada, Jakarta
[1] http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/11/02/22/165519-pemerintah-rilis-enam-program-baru-penanggulangan-kemiskinan
[4] Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar cet. 38 ,2005,
PT Raja Grafindo persada, Jakarta hal 365.
[5] Sunyoto Usman Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat cet.
IV September 2006. Pustaka Pelajar Jogyakarta hal : 124
0 komentar:
Posting Komentar